Pendahuluan
A.
Latar belakang
Dari mana emosi itu
muncul, apakah dari pikiran atau dari tubuh?. Agaknya tak seorang pun bisa
menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan tindakan dulu (tubuh), baru
muncul emosi. Ada pula yang mengatakan emosi (pikiran) baru tindakan. Mana yag
muncul lebih dahulu tidaklah begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi
pada dasanya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan
emosi. Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan. Meskipun begitu, ada
prinsip yang bisa kita pegang, yaitu emosi akan menjadi semakin kuat apabila
diberi ekspresi fisik (Wegne, 1995). Misalnya saja, bila seseorang marah,
lantas mengepalkan tangan, memaki-maki dan membentak-bentak, dia tidak
mengurangi marahnya, tetapi justru kian menjadi marah. Pada hakikatnya setiap
orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam
hari, kita mengalami berbagai macam pengalaman yang menimbulkan berbagai macam
emosi pula. Pada saat makan dengan keluarga, misalnya kita merasa gembira; atau
dalam perjalanan menuju kampus, kita merasa jengkel karena jalan yang macet,
sehingga setelah sampai pada tempat tujuan kita pun terlambat. Semua itu adalah
merupakan emosi kita. Sebagian besar hidup kita diisi dengan emosi, kita tidak
bisa bayangkan hidup kita tanpa emosi. Kita akan hidup seperti robot, yang
melakukan kegiatan tanpa adanya rasa senang, sedih, bingung, kesal, marah, dan
sakit hati. Emosi mengatur nada dari kehidupan dan menjadikan hidup berharga.
Tanpa kemampuan untuk bersedih, marah, senang dan cinta, kita akan kesulitan
mengenali diri kita sebagai manusia.
Emosi dapat diartikan
sebagai pola-pola reaksi yang melibatkan perubahan psikologi, ekspresi perilaku
dan keadaan yang menyebabkan suatu tantangan. Reaksi emosi secara alami
mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai dan mengahadapi situasi-situasi
tersebut (Buck 1985). Emosi meliputi bermacam-macam perasaan yang dipengaruhi
oleh lingkungan luar yang kita kurang mampu untuk mengontrolnya. Contohnya,
kesedihan yang terlalu dalam menyebabkan kita merasa bahwa dunia tidak berwarna
dan ingin cepat melupakannya.
Secara khusus, emosi
juga membawa pada perubahan fisik seseorang. Contoh dari Perubahan fisik ini
meliputi meningkatnya detak jantung karena didekat seseorang yang kita sukai,
tangan gemetar ketika berpidato untuk pertama kalinya. Dan pada akhirnya emosi
dapat mempengaruhi perilaku kita. Bayangkan seorang ibu yang melihat anaknya
Sedangkan kognisi adalah proses yang meliputi memori, perhatian,
bahasa, problem solving, and perencanaan. Banyak proses kognitif yang
menakjubkan yang dilakukan oleh manusia. Mereka sering juga mampu mengontrol
proses kognisi yang telah dilakukan dengan kognisi mereka sendiri
(metakognisi), berfikir tentang cara yang terbaik untuk mengingat. Kemampuan
bahasa kita pun sangat menakjubkan. Kita mampu menyimpan kata-kata hingga 100000
kata dan kita mengeluarkan tiga kata per detiknya. Hubungan antara emosi dengan
kognisi telah menjadi hal yang menarik para psikolog untuk diselidiki lebih
lanjut. Selama lebih dari dua decade, keduanya dianggap merupakan dua proses
yang tidak saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pembahasan
1. Emosi
Apa yang menyebabkan
kita tertawa, menagis, mencintai, iri, khawatir dan seterusnya merupakan inti
dari banyak spekulasi dan filosofi biologis. Beberapa hipotesis mengusulkan
bahwa emosi dihasilkan oleh umpan-balik organ dan otot tubuh ke SSP (Sistem
Saraf Pusat). Kemudian muncul hipotesis yang menyatakan bahwa presepsi
informasi sensoris oleh otak pertama-tama akan menghasilkan pengalaman emosi
(takut, marah, dan lainnya), kemudian ekspresi emosi, seperti peningkatan
denyut jantung dan wajah yang memerah. Emosi sulit dipelajari secara
eksperimental, karena meskipun hewan percobaan kelihatannya memperlihatkan (mengekspresikan) emosi,
kita tidak dapat mengatakan secara konklusif bahwa hewan tersebut merasakan (mengalami) emosi dalam
pengertian yang sama seperti yang dialami oleh manusia. Hewan percobaan,
seperti tikus dan mencit, cenderung mempunyai respons emosional yang
stereotipik. Sebaliknya, manusia cenderung mempunyai pengalaman emosi dan
ekspresi emosi yang sangat individual. Stimulus yang memicu kemarahan atau iri
pada seseorang bisa jadi tidak mempunyai efek pada orang lain, atau bahkan
memberikan perasaan emosi dan respons tubuh yang sangat berbeda. Sistem saraf
otonom dan divisi motoris somatic memperantai ekspresi emosi tubuh, dan
kapasitas komponen sistem saraf tepi untuk memicu respons yang sangat beragam
dalam otot dan organ lain. Hal ini merupakan faktor kunci pada ciri ekspresi
emosi beragam.
Sebuah nukleus lobus
temporal korteks serebral yang disebut amigdala (amygdala), yaitu suatu komponen sistem limbik yang menonjol,
merupakan pusat utama pengumpulan data sensoris dan pengatur informasi emosi.
Amigdala menerima data sensoris dari talamus, batang otak, dan kuncup
pengecapan, juga informasi sensoris yang terintegrasi dari daerah asosiasi
korteks serebral. Sinyal neuron melewati amigdala dan hipotalamus serta batang
otak dengan arah berlawanan, dan suatu jalur utama sinyal yang memicu ekspresi
emosional merambat dari amigdala ke sistem saraf otonom dan sistem motoris
somatic melalui hipotalamus dan formasi retikuler batang otak.
2.
Memori
dan Pembelajaran
Memori, yang sangat
penting untuk pembelajaran, adalah kemampuan untuk menyimpan dan mendapatkan
kembali informasi yang berkaitan dengan pengalaman sebelumnya. Memori manusia
terbentuk melalui dua tahapan; Memori jangka pendek (short-term memory) dan Memori jangka panjang (long-term memory). Pemindahan informasi dari memori jangka pendek
ke memori jangka panjang ditingkatkan melalui pengulangan (“alah bisa karena
biasa”), keadaan emosi yang mendukung (kita belajar paling baik ketika kita
siaga dan termotivasi), dan asosiasi data baru dengan data yang sebelumnya
dipelajari dan disimpan dalam memori jangka panjang (lebih mudah mempelajari
permainan kartu baru kalau Anda telah memiliki “pemahaman kartu” dari permainan
yang lain).
Dengan mempelajari
amnesia (kehilangan memori) pada manusia, dan melakukan eksperimen pada hewan,
serta mengunakan tehnik pencintraan otak. Para neurosaintis mulai memetakan
otak kompleks yang terlibat dalam memori. Sebagai contoh, dalam kasus nomor
telpon dan memori fakta lainnya, sinyal sensoris dari mata akan menuju pusat
penglihatan di lobus oksipitalis otak, di mana presepsi visual dibentuk. Sinyal
sensoris juga melewati filter sensoris otak, yaitu formasi retikuler (untuk
menentukan apakah perhatian harus diberikan terhadap informasi tersebut), ke
bagian-bagian hipotalamus dan sistem limbik (untuk menentukan apakah emosi
harus dilibatkan), dan ke pusat yang lebih tinggi di otak depan, termasuk
korteks prefrontal (untuk integrase dengan level lebih tinggi). Jalur tersebut
diselesaikan ketika impuls kembali ke pusat penglihatan kortikal tempat
presepsi pertama terjadi.
Amigdala bisa bertindak
sebagai semacam filter memori, yang agaknya menandai informasi yang akan
disimpan dengan cara mengaitkannya dengan kejadian atau emosi saat itu.
3.
Dampak
dari kognisi pada emosi
Hal terpenting yang
patut untuk diskusikan adalah studi-studi tentang penelitian interaksi antara kognisi dan emosi
yang dikenal dengan cognitive emotion regulation (Ochsner and Gross, 2005;
Ochsner and Gross, 2008). Terutama sekali tentang Strategi pengaturan informasi
yang disebut
“cognitive
reappraisal”,
yang meliputi proses
memikirkan kembali makna dari stimuli afektif yang terbebani atau kejadian yang
merubah pengaruh emosi mereka. Reappraisal (penilaian kembali) muncul
berdasarkan pada interaksi antara prefrontal and daerah cingulate yang sering
terlibat pada mengontrol kognitif dan system seperti amygdala dan insula yang
terlibat pada peresponan stimuli. Menariknya, tujuan untuk memikirkan kembali
tentang stimuli yang mengatur dan mengurangi emosi mungkin bisa mendorong
aktivitas amygdala sehingga emosi menjadi berkurang. Lebih jauh lagi, perubahan
pengalaman emosi dan respon autonomic mungkin
berkorelasi dengan seiring naik atau turunnya prefrontal dan/atau aktivitas
amygdala.
Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
Mengendalikan emosi itu
penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan
untuk mengoptimalkan diri kepada orang lain. Orang yang kita temui di rumah
atau di kantor akan lebih cepat menanggapi emosi kita daripada kata-kata kita. Supaya
pergaulan kita sehari-hari dapat berjalan dengan lancar dan dapat menikmati
kehidupan yang tenteram, kita tidak hanya mampu mengendalikan emosi kita, namun
juga harus memiliki emosi yang tepat dengan mempertimbangkan keadaan, waktu dan
tempat. Maka menurut Wedge (1995) rahasia hidup yang bahagia dapat dinyatakan
dalam satu kalimat singkat:
“Pilihlah emosi anda
seperti anda memilih sepatu anda”. Pendapat Wedge tadi mengandung arti bahwa
emosi manusia itu ibarat sepatu, jika ukurannya pas maka enak dipakai, tapi
jika tidak maka sakitlah dan lecetlah kaki kita.
Saran
Sehubungan dengan catatan untuk mengendalikan emosi
(Mahmud,
1990) sebagai berikut:
1. Hadapilah emosi
tersebut. Orang yang membual bahwa dia tidak takut menghadapi bahaya,
sebenarnya melipatgandakan rasa takutnya sendiri. Bukan saja dia takut
menghadapi bahaya yang sebenarnya, tetapi juga takut menemui bahaya.
2. Jika mungkin,
tafsirkanlah situasinya kembali. Emosi adalah bentuk dari suatu interprestasi.
Bukan stimulusi sendiri yang menyebabkan atau menyebabkan reaksi emosional,
tetapi stimulus yang ditafsirkan. Reinterprestasi itu bukanlah hal yang mudah,
sebab memerlukan orang lain untuk melihat situasi sulit yang dialaminya dari
sudut pandangan yang bergeda.
3. Kembangkan rasa
humor dan sikap realistis. Terkadang situasi itu begitu mendesaknya sehingga
memerlukan reinterprestasi yang lama. Dalam hal seperti ini, humor dan sikap
realistis dapat menolong. Tertawa dapat meringankan ketegangan emosi.
4. Atasilah secara
langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi. Memecahkan problem pada
dasarnya jauh lebih baik mengendalikan emosi yang terkait dengan problem
tersebut. Dari pada takut menghadapi masalah
Sumber
Campbell Neil
A.,Reece Jane B., & Mitchell Lawrance G. 2004. Biologi. (Prof. Dr. Ir.
Wasmen, Trans). .Erlangga. Jakarta.
www.academia.edu
Imam Nasruddin. Emosi dan Aspeknya (2015 Des). Pdf
Komentar
Posting Komentar