Langsung ke konten utama

Saat semester 3



Cerita ini merupakan kenangan masa lalu saya dimana saya mendapatkan pengetahuan mengenai alat tes yang biasanya digunakan dalam penyeleksian, pemilihan, ataupun penjurusan.

Semester 3 merupakan awal pengenalan dimana seorang mahasiswa psikologi mengenal dengan istilah "alat tes". Sebelum saya membahas mengenai topik yang saya bicarakan kali ini saya akan menjelaskan apa pengertian alat tes tersebut.

Alat tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan tertentu. Tes psikologi pada dasarnya merupakan alat ukur yang obyektif dan dibakukan atas sample tertentu. Alat tes psikologi terdiri dari beberapa macam yakni tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes bakat minat. Semua mempunyai tujuannya masing-masing dan tergantung dari permintaan konsumen untuk melakukan tes apa dari serangkaian alat tes tersebut.


Hal tersebut mengingatkan saya akan tes untuk mengetahui bakat dan minat seseorang hanya melalui sidik jari. Ketika lima tahun yang lalu saya mengikuti bimbingan yang terdapat sekitar daerah SMA komplek surabaya. Pada saat itu juga saya belum mengerti secara menyeluruh tentang psikologi. Disitulah saya mengetahui bahwa terdapat tes bakat minat melalui sidik jari.

Menurut saya pada waktu itu, dalam pengetesan suatu bakat minat seseorang adalah dengan cara melakukan serangkaian psikotes dengan cara memberikat alat tes yang berisikan pertanayaan ataupun pernyataan yang sudah diukur dengan statistik dalam setiap item pertanyaan ataupun pernyataannya.

Nah saat itu saya menanyakan dosen saya. Apa pebedaan dan mana yang bagus digunakan untuk mengukur bakat minat seseorang?.

Jawabannya simple, keduanya sama-sama mengukur tes bakat minat sesuai dengan tujuan. Hanya saja jika diperhatikan dari segi bagus, Anda harus memperhatikan standarisasi, validitas, dan reliabilitas dari alat tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Angket dan Skala

Meskipun dalam penggunaan sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menyamakan saja istilah Angket dengan istilah Skala namun perlu dijelaskan bahwa sebagai sesama alat pengumpulan data keduanya memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Perbedaan tersebut antara lain :       Angket Data yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek. Contoh, data mengenai Riwayat Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Pilihan Metode KB, Penghasilan Rata-rata Perbulan, Jenis Film yang disukai, opini atau pendapat mengenai suatu isyu, dan semacamnya merupakan data yang diungkap angket. Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data termasuk berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Responden terhadap angket tahu persis mengenai apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dicari oleh pertanyaan yang bersangkutan. Respon yang

Peran emosi dalam proses kognisi

Pendahuluan A.     Latar belakang Dari mana emosi itu muncul, apakah dari pikiran atau dari tubuh?. Agaknya tak seorang pun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan tindakan dulu (tubuh), baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan emosi (pikiran) baru tindakan. Mana yag muncul lebih dahulu tidaklah begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi pada dasanya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan emosi. Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan. Meskipun begitu, ada prinsip yang bisa kita pegang, yaitu emosi akan menjadi semakin kuat apabila diberi ekspresi fisik (Wegne, 1995). Misalnya saja, bila seseorang marah, lantas mengepalkan tangan, memaki-maki dan membentak-bentak, dia tidak mengurangi marahnya, tetapi justru kian menjadi marah. Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami berbagai macam pengalaman yang menimbulkan berbagai macam emosi pula.

Sasaran Cinta

Setiap pasangan suatu saat pasti akan menghadapi suatu masalah karena hal tersebut pasti sudah biasa, namun apabila pada pasangan tersebut mampu menghadapi itu semua baru itu luar biasa. "Sasaran cinta bukanlah mendapat sesuatu yang yang Anda inginkan tetapi melakukan sesuatu untuk kesejahterahaan orang yang Anda cintai". Kata tersebut saya kutip dalam cerita ini dari buku yang berjudul Lima Bahasa Kasih. Satu tahun yang lalu saya merasakan apa yang dimaksud dengan "Sasaran Cinta" dalam buku tersebut. Saya merasa mendapatkan suatu dukungan dari pacar saya ketika mempunyai hasrat untuk melakukan hal tertentu. Seperti halnya mengikuti suatu komunitas, membuat template, menjadi penulis. Semua itu terasa termotivasi dan jika diibaratkan dalam revisi skripsi dia mudah sekali memberikan acc-nya kepada tulisan saya. Memberi kata-kata pujian hanyalah satu cara untuk mengungkapkan kata-kata mendukung kepada pasangan. Kita semua memiliki bagian-bagian di mana kita