Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Sasaran Cinta

Setiap pasangan suatu saat pasti akan menghadapi suatu masalah karena hal tersebut pasti sudah biasa, namun apabila pada pasangan tersebut mampu menghadapi itu semua baru itu luar biasa. "Sasaran cinta bukanlah mendapat sesuatu yang yang Anda inginkan tetapi melakukan sesuatu untuk kesejahterahaan orang yang Anda cintai". Kata tersebut saya kutip dalam cerita ini dari buku yang berjudul Lima Bahasa Kasih. Satu tahun yang lalu saya merasakan apa yang dimaksud dengan "Sasaran Cinta" dalam buku tersebut. Saya merasa mendapatkan suatu dukungan dari pacar saya ketika mempunyai hasrat untuk melakukan hal tertentu. Seperti halnya mengikuti suatu komunitas, membuat template, menjadi penulis. Semua itu terasa termotivasi dan jika diibaratkan dalam revisi skripsi dia mudah sekali memberikan acc-nya kepada tulisan saya. Memberi kata-kata pujian hanyalah satu cara untuk mengungkapkan kata-kata mendukung kepada pasangan. Kita semua memiliki bagian-bagian di mana kita

Jatuh cinta pada cinta

Para psikolog anak menegaskan bahwa setiap anak membutukan emosional mendasar tertentu yang harus dipenuhi jika ia akan menjadi mantap secara emosional. Di antara kebutuhan emosional itu, tak ada yang lebih mendasar daripada kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, kebutuhan untuk merasakan bahwa ia menjadi bagian dan diingini. Dengan kasih sayang yang cukup banyak, si anak sudah tentu akan berkembang menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Tanpa kasih sayang, pertumbuhannya secara emosional dan sosial akan terbelakang. Kebutuhan emosional akan cinta, bagaimanapun, bukan merupakan sekedar fenomena masa kanak-kanak. Kebutuhan itu mengikuti kita hingga masa dewasa dan perkawinan kita. Pengalaman "jatuh cinta" untuk sementara memenuhi kebutuhan itu, tetapi itu hanya merupakan "pengobatan kilat" dan, sebagaimana kita akan pelajari nanti, mempunyai daya tahan terbatas. Setelah kita turun dari awang-awang obsesi "kasmaran", kebutuhan emosional untuk

Saat semester 3

Cerita ini merupakan kenangan masa lalu saya dimana saya mendapatkan pengetahuan mengenai alat tes yang biasanya digunakan dalam penyeleksian, pemilihan, ataupun penjurusan. Semester 3 merupakan awal pengenalan dimana seorang mahasiswa psikologi mengenal dengan istilah "alat tes". Sebelum saya membahas mengenai topik yang saya bicarakan kali ini saya akan menjelaskan apa pengertian alat tes tersebut. Alat tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan tertentu. Tes psikologi pada dasarnya merupakan alat ukur yang obyektif dan dibakukan atas sample tertentu. Alat tes psikologi terdiri dari beberapa macam yakni tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes bakat minat. Semua mempunyai tujuannya masing-masing dan tergantung dari permintaan konsumen untuk melakukan tes apa dari serangkaian alat tes tersebut. Hal tersebut mengingatkan saya akan tes untuk mengetahui bakat dan minat seseorang hanya melalui sidik jari. Ketika