Sudah
jauh dari rumah sekitar 13,7 KM dari tempat berasal, hanya mencari tempat
nyaman untuk nongkrong di tempat yang memang sudah ditentukan sebelumnya. Sedih
juga malam ini ketika sang pujaan hati sedang di luar kota mengikuti seminar
penulis yang memang passion dia adalah penulis. Dengan kepenulisan dia pernah
menjadi penulis antologi pada buku novel “disini kadang saya merasa sedih” dan
memang sangat berbeda dengan saya yang hanya sebagai penulis untuk sebuah blog
pada blogku sendiri karena memang dulu saya pernah ditawari sebagai penulis
artikel di freelance yang sekarang sudah saying sering tolak untuk kesekian
kalinya.
Saya
juga mengakui, dalam hal kepenulisan dan kosakata saya dengan dia sangat
berbeda jauh. Bagaimana bisa jauh?, memang jarak?. Yup, diibaratkan dia sudah
di Semarang sedangkan saya masih di Surabaya (start), sedangkan tujuannya
adalah Jakarta. Dia pernah bercerita mengenai keluarganya dulu yang membiasakan
untuk membaca hingga sampai sekarang keluarganya tetap menganut budaya tersebut.
Terbukti ketika anda mampir kerumahnya anda akan disuguhi banyak bacaan, baik
itu majalah ataupun koran. Selamat menikmati, hihihi.
Suasana
dan alunan musik di cafe membuatku semakin rindu pada bebeb (nama
panggilannya). Memang di cafe ini saya sering bersama dia berdua ketika kami
sedang liburan kuliah. Yah,, pastinya dalam topik pacaran tidak jauh dengan
kuliah atau masalah keluarga kami masing-masing.
Teringat
perkataan dari bibir kecilnya, “Yang harus tegar itu abang, badanku kecil dan
adanya aku yang bersandar dipundakmu bang”. Yah, memang banyak masalah
akhir-akhir ini yang menyebabkan aku menjadi tidak tegar seperti biasanya. Rasa
rindu juga semakin menusuk seakan saya butuh hangat dekapannya. Kurindukan suasana
itu meski itu pernah terlewati.
Perkataannya
menyadarkan saya untuk tidak menjadi yang seperti itu. Semua itu salah, yah
memang saya salah. “Harusnya abang butuh sandaran tuhan, bukan aku yang kecil
ini yang kau jadikan sandaran” kata bebeb.
Komentar
Posting Komentar